Wednesday 23 February 2011

The Vacation - Part 5 "Vale's Temptation and Liza's Steamy Jog Time"

            “Boleh pinjam bukunya?”. Arianna membungkuk hingga belahan dadanya terlihat. Vale tersentak, ia gelagapan, “Oh.. eh.. ya.. buku apa ya?”. Arianna terkikik, ia duduk dikursi kosong sebelah Vale, “Hanya mengagetkan kamu.. sejak masuk kamu diam aja, biasanya ngobrol sama anak2.. ada masalah?”. Cowok mana pun akan tunduk dengan Arianna, termasuk Vale yang melihat belahan dada Arianna yang bikin jakun lelaki naik-turun. Vale menggeleng, “hanya capek.. kamu taulah.. kuliah dan magang dirumah sakit..”.
            Arianna manggut-manggut, rambut coklatnya menari-nari menggoda. Mereka saling berpandangan dan tersenyum.. awkward moment. “Abis kuliah kamu ada acara?” Tanya Arianna sambil mengeluarkan buku kuliahnya. Arianna teman sekelas Vale, dia mengambil mata kuliah yang sama, namun dia bukan dokter, dia jurusan ilmu terapan. Vale berdehem, “Hmmm… mampir kerumah sakit bentar.. ngecek anak2..kenapa?”. Arianna menunjukkan lembar tugasnya, “Bisa bantuin gak? Aku bingung nih..”
            Vale membaca lembar tugas itu, “Ooh.. ini.. aku bisa membantu kok…”. Mata Arianna berbinar, ia mendekap lembar tugasnya, “Oh.. you’re such an angel.. Thanks!!”. Vale hanya tersenyum, lalu ia mengirim pesan singkat kepada Liza; “@class, miss so much, mi amore.. muach”
            Satu jam kemudian, kuliah usai, Vale membereskan buku dan catatannya.
            “Aku tunggu di apartemenku 2 jam lagi ya..” Arianna mencolek bahu Vale, sembari mengerdipkan mata dan berlalu.
            “Hey.. bukannya…” Arianna telah menghilang di kerumunan mahasiswa yang keluar ruangan, Vale menghela nafas dan mengusap mukanya, “Great…”.
            Setelah dari rumah sakit, Vale segera ke apartemen Arianna, berharap bisa segera membantu Arianna, makan malam dan kembali bertugas dirumah sakit. Vale mengetuk pintu beberapa kali, dia memainkan tali ranselnya, dan tak berapa lama Arianna membuka pintu. Vale menahan nafas melihat Arianna yang memakai celana super pendek dan tank-top berwarna kuning tanpa bra. “Ada apa?? Ayo masuk…” Arianna tanpa sungkan menarik tangan Vale yang kurus berotot. “Tunggu dulu ya, sedang masak ravioli, kamu mau?” ujar Arianna dari dapur. Vale menggeleng, “Enggak, makasih.. aku udah makan. Ummm… bisa langsung ke tugas kamu gak? Aku ada tugas dirumah sakit nie..”. Arianna muncul dari dapur membawa sebotol kola dingin dan meletakkan diatas meja. “Makan dengan pacar ya?” Arianna melipat satu kakinya disofa. Vale menggeleng, “Bukan.. teman nge-gym..”. Lalu Vale menanyakan beberapa hal yang Arianna butuhkan tentang tugas kuliahnya. Arianna menggangguk dan mencatat, sesekali ia melirik Vale dan tersenyum mengamati Vale. “Jadi, enggak semua kejang karena serangan stroke, bisa juga karena adrenalin terlalu banyak.Ngerti kan?” Vale menatap Arianna yang masih terpaku memandangi Vale.  Arianna terkesiap, “Oh… eh… iya..” ia menuliskan sesuatu dibuku tulisnya.
            Vale melirik jam tangannya, “Oke, semua beres ya…”. Vale beranjak dari sofa dan tiba-tiba Arianna sudah berdiri didepannya dan langsung mencium Vale. Vale terdiam, Arianna mundur beberapa langkah, “Maaf… aku…”. Vale menghela nafas, “Aku sudah punya pacar, aku maafkan apa yang baru saja terjadi, tapi aku harap hanya sekali ini kita ketemu seperti ini. Kalo kamu ada kesulitan tentang tugas kuliahmu, lebih baik kamu minta tolong mahasiswa lain. Aku gak bisa membantu kamu lagi. Terima Kasih kolanya.”. Arianna termangu melihat Vale menutup pintu apartemennya.

            Liza terengah-engah, dia menyandarkan badannya disebuah pohon besar. Sesekali ia menyeka keringatnya yang mengucur deras. Sinar matahari mengilat diatas kulitnya yang basah dengan bulir-bulir keringat. Iul tersenyum melihat Liza yang bersandar dipohon, “ayo… udah dekat kok..”. Iul mengatur nafasnya, sejenaknya matanya tertuju pada dada Liza yang naik turun. “Hey… watch where you looking at, boy…” Liza mendelik dan kembali jogging. Iul tergelak dan menjajari Liza. Sesekali mereka saling bertatapan dna tersenyum.
            “Oaaaaah…. Capeeeek…..” Liza merebahkan badannya dihalaman depan rumah keluarga Spies. Seakan Liza tidak peduli dengan rumput yang masih tertutup embun.
            “Gak biasa jogging ya?” Iul memiringkan tubunya. Liza menoleh, “Enggak… jalan-jalan dipantai iya.. lari dipantai kalo nguber anjing heheeheheh”. Iul terkikik, dan entah mengapa, mereka tertawa bersama-sama.
            “Eh… jangan takut ya… diem ya… ada belalang dirambutmu…” belum sempat Iul meraih belalang dirambut Liza, Liza berguling dan memeluk Iul, “Iiiih.. ambil.. cepet ambil.. uugghhh…aaaaaaaahhh….”. Liza membuka matanya perlahan-lahan, nafasnya tertahan, Iul tersenyum. Wajah mereka begitu dekat, sangat dekat hingga Liza dapat merasakan betapa hangat hembusan nafas Iul. Mata Liza menjelajah setiap sudut wajah Iul, mata, alis, hidung, pipi, dan beberapa saat berhenti di bibir Iul. Entah mengapa nafas Liza memburu, entah mengapa Liza semakin mendekatkan wajahnya, entah kenapa degup jantung Liza semakin kencang, entah kenapa….
            “Kita berdua harus mandi… Bau kita seperti bau biri-biri milik paman Spies” celetuk Iul. Liza terkikik menyadari betapa dekatnya wajah Iul, ia menjauh, lalu mengangguk, “Yup… harus mandi, kan hari ini aku mau membantu memanen tomat.” Iul bangkit dan melepaskan belalang yang sedari tadi ia pegang, “Iya.. aku juga harus memandikan kuda-kuda yang ada di istal…”
            Liza berdiri, “thanks for the morning jogging, I had fun…”. Iul menggangguk, “Me too…”.